Thursday, May 31, 2007

Islamic Gathering in Our House

Terakhir kali pengajian di rumahnya Pak Yunardi dan Bu Lili (dua minggu lalu) disepakati kalau rumah yang ditempati selanjutnya adalah rumahku. Itung punya itung, ternyata sudah hampir 6 bulanan rumah kami tidak ketempatan sebagai tuan rumah acara pul kumpulnya PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Leeds. Terakhir ketempatan sebagai tuan rumah pas merayakan Idul Fitri 1425 H tahun kemarin.

Walhasil, sejak Jum'at aku atur strategi untuk persiapan acara masak memasak dengan tim kompakku satu rumah, Mba Nita. Kita bagi tugas deh, dia pilih masak Soto Banyumas-an dan sambal goreng hati plus puding! (He he he, banyak macamnya yak), sementara aku hanya memilih menggrill si ikan Tilapia dan ulek sambel terasi. Soalnya hari itu entah mengapa aku merasa gak begitu mood untuk masak macam2 seperti yang dulu-dulu sering aku lakukan setiap ada acara PPI. Ternyata sumber ketidak mood-an ku berasal dari gak enaknya badanku dan idung yang sebentar-sebentar meler. Hiks hiks... aku mulai flu ternyata sodara-sodara! Duuuh..., padahal Mba Nita musti dibantu juga kan, tuan rumah bersama eui! Akhirnya dengan semangat yang tidak 45 lagi, aku coba kuat-kuatin badan untuk bertahan Jum'at itu.

Siang Jum'at itu aku ngider di city center, belanja beras 10 kg, cabe rawit dkk di Wing Lee Hong (salah satu toko di China town). Dengan memanggul beras dibelakang punggung yang kusimpan dalam ranselku plus dua kresek belanjaan lainnya, setengah berlari aku menuju City market (pasar tradisionalnya Leeds) untuk membeli si Tilapia segar. Kupilih 3 ekor yang besar-besar. Buset dah, habis 7 pounds! (kalikan saja Rp. 17.500). Mahalnya semua jenis ikan2an, udang, cumi dkk disini compare with my beloved Indonesia ;-( Di fish shop-nya sempat ada komentar dari pedagangnya, gara-gara dia berusaha memindah kantung2 belanjaanku dan dia bilang, "You are a very strong woman!" sambil meletakkan belanjaanku kembali. He he he, aku cuma bisa meringis, mau bagaimana lagi!

Sehabis dari city market aku dapat text dari mba Nita kalo dia will be free till 4 PM. Ya udah aku minta tolong dia supaya membelikan tomat untuk lalapan dan soft drinks. Habis berbagi beban belanja aku setengah berlari menuju bus stop dan Alhamdulillahnya disana sudah ada bus yang ngetem! terima kasih Tuhan, kuperlihatkan First term Student cardku ke driver, dia mengangguk dan kuletakkan belanjaanku ditempat khusus yang disediakan. Huuh, lega! Akhirnya bisa duduk tanpa harus memanggul si beras di punggung!

Sampai rumah punggungku serasa patah dan bengkak sekaligus, ternyata aku gak sanggup jadi kuli ya :-( Tulang belikatku serasa memar-memar. Aku seperti berlebihan ya mengekspresikannya, tapi mungkin karena aku memang sedang tidak fit!

Sehabis makan malam, aku dan mba Nita mulai bertempur memasak satu persatu daftar menu yang telah direncanakan, termasuk mengupas dan memotong tipis-tipis si shallot dalam jumlah cukup banyak, karena persediaan bawang goreng kami sudah habis. Ternyata sodara-sodara, tanpa terasa jam sudah menunjukkan angka 1.30 AM alias jelang dinihari. Buset dah, oprek-oprek di dapur dan bertempur dengan bahan masakan dan bumbu membuat kami tak merasakan detak-detak lambat sang waktu. Tahu-tahu sudah sangat larut malam... Akhirnya kami sepakat untuk mensuwir-suwir ayam rebus gorengnya besok pagi saja plus tetek bengek lainnya. Kami membuat kesepakatan mulai kerja lagi jam 8.30 pagi.

Naik ke kamar aku gak bisa langsung tidur, badan sakit semua dan remuk redam... akhirnya kuputuskan untuk minum vitamin yang agak banyakan dan obat flu, dopping maksudnya! Daripada aku ambruk pas hari H-nya pengajian, gak lucu banget kan! Hampir jam 2.30 AM baru terpejam mataku, itupun terasa tak nyenyak hingga ke pagi. O iya, Shubuh di UK sini sekarang sekitar jam 2 pagi dinihari, jadi musti sholat dulu daripada bablas gak terbangun sampe pagi yang terang ;-)

Sabtu paginya bangun sekitar 8.30 AM dengan rasa yang gak nyaman banget plus belikatku yang sakit sekali. Tertatih-tatih ke kamar mandi, cuci muka dan gosok gigi dengan rasa malas yang menggunung tapi musti segera dienyahkan karena banyak yang belum diselesaikan. Turun ke bawah, saling sapa dan mulai sarapan. Selesai breakfast kilat, langsung menuju dapur lagi dan meneruskan perjuangan :-) Mulailah aku gedebak gedebuk dengan Mba Nita sambil sesekali menengok ke jam dinding, "tik tok... tik tok...," sang waktu seperti berkejaran dengan kami! Jam 12 siang musti siap semuanya karena warga PPI akan berdatangan jam 1 dan sebelum itu aku musti 'terbang' menjemput pembicara dari London di coach station. Untungnya malam sebelumnya aku sempat mengarrange si Mas Iwan untuk bantu menjemput pembicara dengan boilnya di coach station, seenggak-enggaknya ini udah meringankan banget. Aku gak perlu lagi menunggu di bus station and kedinginan sesaat kan ;-)

Dengan gedubrakan, selesailah semuanya, termasuk menata guest room dan living room kami yang gak besar-besar amat. Kursi-kursi dikeluarkan semua dan dipindah ke backyard mungil kami. Karpet di basement diambil dan digelar. Mba Nita mulai meng-hoover dan seterusnya bersih-bersih. Alhamdulillahnya lagi, mba Ningrum datang dan membantu menata semuanya didampangi kang Muljana yang ternyata telaten dan rapinya luar biasa dalam menata-nata hidangan kami. Aku sampe sempat tanya, apa dia pernah bisnis catering sebelumnya? He he he...

Jam 12 si Mas Iwan tiba di depan rumah dengan boilnya, untungnya aku baru saja selesai mandi! Aku bukain pintu dan melesat lari ke bathroom, sikat gigi dan segera ganti baju, siap-siap menjemput si Teteh.

Ternyata sesampe di coach station aku mendapat surprise kecil! Baru saja mendaratkan pantatku dengan manis di sebuah bangku, seseorang memanggil namaku, eh ternyata Mas Yudi dari Bradford diiiringi oleh 2 orang yang rasa-rasanya kukenal akrab wajahnya, ternyata mba Ari dan Bang Latief MP. Whuaaah, kami jadi kopdaran tanpa disengaja. He he he, ini pengalaman pertamaku jumpa darat dengan teman di MP. Mudahan disusul dengan perjumpaan-perjumpaan hangat berikutnya, insyaAllah. Mba Ari sendiri merasa mengenaliku yang gak beda alias persis sama seperti photo-photoku ;-) Mereka baru saja sampe Leeds dari Norwich dan masih menunggu seorang teman lagi dari London. Langsunglah aku terlibat obrolan akrab dengan mba Ari dan mengundang mereka untuk mampir makan siang di rumah sehabis pengajian. Sayangnya kemudian mereka memutuskan untuk gak mampir karena misinya adalah ingin explore Leeds dan seputaran Yorkshire. Next time Bang Latief dan Mba Ari yak :-)

Begitu bus dari London masuk station dan teh Nizma kusambut, akupun musti berpamitan dengan kawan-kawan student dari lain kota itu dan segera kami meluncur ke rumah karena sudah berkali-kali di telpon mba Nita. Beliau bilang rumah sudah penuh dan rame dengan teman-teman yang sudah duduk manis siap pengajian.

Sampe rumah aku kaget bukan kepalang, karena para ibu-ibu (mba Icha, mba Daisy, bu Lili dan yang lain-lainnya) membawa beragam potluck! Subhanallah, meja dessert kami penuh dengan dadar gulung pandan yang harum, cheese cake yang gurih, pangsit-pangsit mini nan sedap, aneka ragam pudding segar dan berlimpahnya anggur, cherry, jeruk dan apel. Tuuch kan, untung saja kami gak ngotot membuat banyak snacks, karena pasti para sahabat dengan ringan tangan membawa berbagai macam potluck lezat!

Tanpa berpanjang kata lagi, mba Ningrum (yang berbaju jeans biru) sebagai moderator membuka acara dan diserahkan ke Teh Nizma (duduk disamping Mba Ningrum memakai jilbab cream). O iya, beliau adalah perempuan tangguh pejuang pendidikan untuk anak-anak di daerah konflik di pelosok sudut-sudut Indonesia seperti Poso, Ambon, Menado dan Aceh. Beliau hebat dan kukagumi, hanya berbekal pendidikan lulusan SMA di kotanya, beliau mampu mendirikan ICR (Indonesian Children Relief). Sudah banyak hal-hal bermakna yang teh Nizma cipta bersama kawan-kawan multi bangsa dibawah naunngan organisasi ini dan Alhamdulillah mereka telah mendapatkan charity number resmi dari UK government.

Mulailah diskusi bergulir diantara kami, saling membuka hati dan berdialog tanpa kehilangan suasana hangat diselingi sedikit canda tawa :-) Kali ini topic mengarah ke isu pentingnya silaturrahmi aka. network. Untuk menumbuhkan network ini dibutuhkan sikap confidence yang kuat dan ini bisa dihasilkan melalui keyakinan tauhid yang benar, bahwa manusia di muka bumi tidaklah berbeda satu sama lain derajat dan pangkat, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya. In conclusion, jika di mata Tuhan saja kita sederajat, maka sesama manusia pun tidak perlu lagi ada sikap saling membeda-bedakan, termasuk didalamnya relasi laki-laki dan perempuan. Dari konsep diri tentang kesamaan derajat dan penghargaan setinggi2nya atas ketaqwaan, sudah sepatutnya manusia harus confidence atas dirinya sendiri dalam menjalankan fungsi kekhallifahan di muka bumi ini. Fungsi kekhalifahan akan berjalan baik jika kita saling bergandeng tangan bersama untuk saling isi dan melengkapi dan disinilah networking menjadi sangat krusial!!!

Selesailah diskusi hangat kami sekitar jam 3 siang hari itu, dan sebagai tuan rumah, mulailah kami mempersilahkan para sahabat (sekitar 32 orang semuanya) untuk menikmati hidangan yang telah kami masak dengan rasa ikhlas dan cinta, mudahan terasa lezat sampai ke hati ;-)

Dan sejak kemarin aku terkapar di kasur, meler tanpa henti dan demam alias teparrrrrrrrrr, sampai hari ini, hiks hiks... mudahan demam flu-ku ini menjadi penghapus dosa-dosaku.
(Leeds, May 30 2005)

Kasih Ibu Bak Sang Surya???


Malam ini aku jadi tertarik mengomentari quotation tetangga sebelah mba Setia yang obrolan journalnya sedikit menyentil soal Kartini.

Yang menarik untuk dicermati adalah komentarnya mas Mbonk,

"...karena presiden pertama orang Jawa makanya jadi hari Kartini, seandainya dulu presidennya dari Aceh..., pasti hari Cut Nyak Dien ..."



Barangkali memang benar, budaya kita masih sangat kuat feodalisme nya, sehingga darimana asal presidennya, maka akan menentukan corak kebijakan, termasuk dalam menentukan siapa yang berhak menyandang gelar sebagai pahlawan emansipasi perempuan.

Kalau mau dibahas lebih serius, ini adalah kerja ilmuwan sejarah (dan tentu saja saya sangat tidak berkompeten didalamnya) untuk meneliti lebih awal Cut Nyak Dien atau Kartini kah dalam memulai gerakan women empowerment di Indonesia. Soal heroiknya sih barangkali Kartini masih kalah dengan Cut Nyak Dien jika diukur secara fisik! Namun mereka berdua adalah perempuan-perempuan terbaik pada zamannya yang berani mendobrak keadaan 'bathil' menjadi lebih tercerahkan dengan cara mereka masing-masing.

Anyway, yang mengganjal buat saya tentang Kartini-kartinian ini adalah soal penilaian masyarakat terhadap sosok perempuan atau ibu atau istri dalam bentuk real. Menurut saya, masyarakat Indonesia menggunakan standar ganda dalam isu ini. Orang-orang sudah terlalu lama dinina bobokan dengan rekonstruksi 'perempuan perkasa' yg bisa segala-galanya, yang dampaknya padahal malah meletakkan perempuan ditubir double burden! Contoh sederhana adalah lagu jaman kita TK dulu:

"Kasih ibu, kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia".

Secara makna sih bagus, lagu ini menggambarkan bahwa ibu adalah sosok perempuan tangguh yang mengabdikan dirinya untuk anak-anaknya atas nama cinta!

Yang menjadi masalah kemudian adalah perlambang ibu yg bagai benda alam (dalam hal ini matahari) itu yang menurut saya tidak pas --bahwa ibu hanya memberi dan tidak butuh menerima!

Matahari sebagai makhluk tak bernyawa wajar tidak (mengharap) menerima sesuatu, karena dia tunduk pada hukum alam dan tidak memiliki hati. Sementara ibu, istri atau perempuan adalah makhluk (yang memiliki perasaan) dan tentu saja butuh 'menerima' balasan berupa kasih sayang dan penghargaan dari orang yang dikasihinya. Disinilah paradoks-nya ibu, dipuja tapi sekaligus di'intimidasi' bahkan dalam bahasa kanak-kanak.

Ahli filsafat bahasa (kasus ini meminjam konsepnya Jacques Derrida) berujar, bahwa bahasa atau teks adalah representasi dari kebudayaan, nilai-nilai dan nalar masyarakat yang berlangsung atau dianut kebenarannya. Untuk empowerment masyarakat, maka teks-teks ini perlu dibongkar dan direkonstruksi ulang.

Kesulitannya untuk konteks diatas adalah, begitu banyaknya ungkapan bahasa dan nalar tentang sosok ibu ini yang ambigu dan bermata dua ini, termasuk dalam lagu sederhana yang selalu didendangkan sejak masa kanak kita itu.

Maka, jelang hari Kartini besok, yang perlu kita lakukan adalah membangun kesadaran baru tentang nilai perempuan sebagai manusia, bahwa ia membutuhkan kesempatan dan ruang untuk aktualisasi diri, penghargaan dan cinta sebagaimana makhluk yang bernama laki-laki. Tak hanya sekedar merayakan ritual tahunan lomba masak, bersanggul dan kebaya ala Kartini dan tetek bengek artifisial lainnya. Jika tidak, dalam kuburnya Kartini barangkali akan bersedih karena perjuangannya hanya dimaknai seartifisial itu.

Catatan menjelang shubuh, 20 April 2005

Saturday, May 26, 2007

Asking Some Questions for World Bank!


Posting on June 22nd 2006.

Amazing!!! At a glance, the whole on going institute process is fascinating me!!!

These days the institute has a really really tight schedule, the abundant of tasks and other 'crazy' things for me! Even, I still did not get any chance yet to launder my dirty clothes because they make us busy for the whole day and only escaped for a while when I go for my breakfast, lunch, coffe break dan dinner and of course for the pray! Oh thanks God! They provide a neat and comfortable praying room for Moslem fellows! I appreciate it alot!

So, actually I am soooo tired now! That's why I am still not having time to write my daily training journal! Anyway, it does not matter at all if compares it to my excitement throughout this forum!

There are so many ideas thrown by 159 IFP fellows from twenty two countries that interested in one of the thematic issue topics: Education, Environment, Gender, Governance, Health and Poverty and Human Rights and Development. From a month ago, I already decided putting my self into Education and Arts group, since I wanna refresh my understanding on that topic.

For me, I have learned alot from this institute! The forum is facilitating me with the international learning and community building among fellows in a way that strengthen the capacity and sustainability of a global network of IFP fellows and alumni! I hope it will work in the future!

Besides, I have gained so many insights from the inspiring, wonderful and powerful speech from Yasinne Fall, who is a Senegalese feminists, economist, researcher and advocate for economic and social justice and now working for UNIFEM Senior Economic Advisor. Her speech and the way she was talking about the penetration of the International aid which made the third countries became dependent to their loans is really really breathtaking! She is a really brave and strong leader!!!

Another important one, I will hopely get alot of knowledge of international organizations such as World Bank, USaid, Education Development Center, Academy for Educational Development, the Kennedy Center etc. in term of their policy, advocacy, professional, etc.). Then use this knowledge wisely for Indonesian development in the near future!!!

Tomorrow, 07.30 AM my thematic group is going to visit Save the Children and the World Bank to discuss about Global Policy Issues and Advocacy.

Beside some of my concerns and awarenesses of the impact of the World Bank penetration in the third country (including Indonesia), I also actually would like to raise your question for them as well, since this is a great chance for me to delivering our voice to the representative of the World Bank! So tomorrow I won't gonna ask a silly or unappropriate question, since I haven't really understand what issues are beyond the World Bank engagement, especially in our country!

Could you give me some comments or questions for the World Bank here, please?!!! :-D

This is a reposting journal from here www.imazahra.multiply.com

Just a quick info: I'm in DC


Washington DC, my lunch time, 01:20 PM

Hallo all :-)

Alhamdulillah, yesterday I finally landed and arrived in DC. Yay, I've been to America!!! I still couldn't believe it!

My plane landed exactly at 7.20 PM. But sorry, for now I cannot tell you a long story, since I just got a little time to come to this computer center before my lunch time.

My big problem now is I haven't been able to charge my laptop batteries. The plug in here is so different to UK! They both have three holes, but in here the size of every single hole is different to each other. Not like in UK, which is the same!

Huhuhuhuhu, this afternoon I try to figure out my problem. Maybe I gotta go to city center, because the Catholic University where I am staying now is slightly outside the city center! Hoi Indonesian American, do you have any idea where I should buy the connector then??? Thanks a lot for any help :-)

By the way, US in fact is much much hotter compares to UK, huhuhu, I'm melting just like ice cream!

Another thing, in here most of buildings are new, too cubicle and minimalist, but in UK, most of buildings are so old and beautiful of course *please, no offense* :-D

Ok pals, I've gotta go now, my tummy is singing a hungry song now!

UPDATE

Horeeeeeeee, finally I've got the correct adaptor for my laptop! I just went to Metro Center, visited downtown and found a Radio Shake shop and then bought the adaptor there! Pyuh, I'll write a longer story for you all later!